Senin, 27 April 2009

GAIRAHKU TAK TERBENDUNG LAGI

Cerita Dari Komentator: Jati P (Terima kasih atas bantuan ceritanya)
Jakarta saat itu temaram mendung. Hari itu adalah hari kedua aku bersama teman-teman mengikuti pelatihan manajemen. Salah satu instruktur manajemen ternyata Idham Prawira mantan pacarku yang telah putus hubungan 7 tahun lalu. Aku terpaksa meninggalkan dia karena dia lebih suka main bola katimbang bekerja formal atau mengurus bisnis ayahnya. Padahal bekal pendidikannya mencukupi sebagai lulusan LN. Statusku sekarang manajer PR di perusahaan minyak luar Jawa dan bersuami dengan satu anak. Sejak putus aku tidak pernah berhubungan dengan Idham agar bisa memendam kenangan, terutama di Yogya ketika aku telah menyerahkan keperawananku untuknya.
Sekarang giliran Idham yang memberikan presentasi. Pada saat membagi bahan presentasi, dengan lihai tangan Idam menyelipkan kartu nama dan dibaliknya tertulis “hubungi aku”. Selama dalam kelas, Idham tidak menunjukkan bahwa ia mengenalku. Selesai pelatihan seluruh peserta kembali ke kamar hotel. Begitu juga Idham telah menyelinap entah kemana. Padahal saat itu aku kepingin menemui barang sejenak.
Sampai di kamar aku melamun sambil memegang kartu nama Idham. Lamunanku terpotong oleh suara dering telepon. Sambil tiduran aku mengangkat gagang telepon. Terdengar suara Idham “Rin, ini aku…. aku kepingin ketemu… aku di kamar sebelah. Kalau kamu membuka pintu penghubung, aku bisa ke kamarmu. Kita bisa ngobrol… aku kangen banget Rin….”. Aku terdiam dan tidak menjawab. Dengan perasaan gundah telepon itu terlepas dari tanganku. Ketika aku angkat kembali, suara Idham tidak kedengaran.
Dari pintu penghubung terdengar suara pintu sebelah kiri dibuka perlahan dari sisi sebelah. Ada suara ketukan halus serta panggilan namaku. Jantungku berdetak kencang. Suara itu yang memberikan kerinduan dalam hidupku. Dengan perlahan grendel pintu penghubung aku buka. Begitu pintu terbuka, Idham langsung memelukku erat sekali dan mukanya dibenamkan dalam dadaku. Ia tidak berkata apapun. Aku elus kepalanya dan kemudian Idham mendongakkan mukanya. “Rin….. aku kangen…”. Kemudian Idham menggeretku dan merebahkan di tempat tidur. Kerinduanku padanya berkobar kembali seperti ketika masih bersama. Bibirnya melumat bibirku…. kemudian pindah ke leher dan terus ke telinga, turun ke dadaku… “Ssstttt…… ohh……” aku masih hapal urutan tubuhku yang bakal menjadi sasarannya. Dia akan betah lama mempermainkan buah dada dan putingku, mengusap-usap, meremas, mengenyot dan mempermainkan ujung hidung dan kumisnya di puting susu.
Satu persatu bajuku luar dalam lepas dari badan. Idham sangat paham kemana dia harus merangsang bagian berikutnya. Sebelum mulutnya sampai di perut, dia akan membalikkan badanku dan mengendus punggung dan pantat. Setelah aku semakin kelojotan, dia akan membalikkan badanku dan memulai menciumi ujung jari kaki kemudian naik betis dan paha. Sampai disitu aku biasanya sudah tidak tahan dan kalau dulu penisnya langsung aku tarik untuk dimasukkan ke liang senggama. Tapi aku ingin menikmati lebih lama, aku buka pahaku dan dia mencari dengan lidahnya mengusap bibir luar. Hidungnya ia gosokkan diantara belahan vagina. Aku hapal apa yang selanjutnya akan dia lakukan. Setelah puas, bibirnya mulai menyusup diantara lipatan lobang vagina untuk mencari sepotong daging kecil yang menggelembung. “Aaauuuuhhhh………. ” aku menjerit kecil. Dia akan bermain-main dengan ujung lidahnya dan sesekali mulutnya menghisap dan memelintir.
Cukup lama aku tidak merasakan permainan seperti ini. Suamiku tidak pernah mengoral bagian yang sensitif di rongga vaginaku. Paling suamiku hanya memasukkan ujung jari saja. “ooohh ……..sstttt…….aahhhhhhh……. ke atas sedikit say…aangg…”. Bila gerakan lidahnya kurang pas, aku langsung meminta ke arah mana lidah diarahkan. Permainan berikutnya adalah menggosokkan ujung penis Idham untuk membasahi. Slepp…… dan “aaauuu…..hhhhhh”. Mulailah gerakan perlahan menarik dan menyodok diselingi gerakan memutar. Aku semakin hanyut dalam kenikmatan. “haaahhh….. ssttt….sssstttt…. ooohhhhhsssssstttt……..” semakin lama gerakan Idham semakin cepat. Aku semakin tidak tahan. “teruuussss…..ssstttt oooohhh…. terus…. terus…. terus.. haahhhhhhhhhh………” kontraksi dalam vaginaku meloloskan semua kenikmatan. Aku telah mengakhiri tapi Idham masih meyodok maju mundur. Ketika tangannya mengangkat pantatku, itu pertanda Idham segera mencapai puncak. Tiba-tiba dia berteriak, penisnya disodokkan lebih dalam dan dipepetkan sampai pangkal. “Auahhh.aaaaa………..”. Crot….. crot ….. crot…..denyut penis menumpahkan air mani menyiram vaginaku.
Aku ketiduran lemas tanpa daya. Idham tiduran miring sambil mengelus-elus buah dadaku. Hidungnya menciumi lenganku. Masa-masa pemulihan dari puncak kenikmatan ke kondisi normal selalu dilakukan Idham dengan usapan dan ciuman lembut menambah kenikmatanku.
Tiba-tiba telepon di kamarku berdering. Aku melompat dan menyeberang ke kamar sebelah. Telepon dari stafku memberitahu aku ditunggu makan malam. Aku belum mandi, aku tidak siap makan dengan mereka. Akirnya aku katakan aku ketiduran jadi tidak siap makan dengan mereka saat ini. Aku persilakan mereka makan lebih dahulu biar aku pesan di kamar saja.
Badanku aku jatuhkan ke tempat tidur, lemas rasanya dan aku menarik selimut. Rasanya tidur akan terasa nikmat. Belum sampai pulas Idham ikut menyusup dalam selimut. Aku acuhkan dia karena aku ingin lelap. Antara sadar dengan tidak, Idham kembali menciumi tubuhku. Ketika ia membuka pahaku dan memasukkan penisnya, aku mulai terlelap tidur. Entah apa yang telah dia lakukan. Tengah malam aku terbangun dan terasa di pahaku ada cairan yang mengalir. Setelah ingatanku pulih kembali, aku masuk kamar mandi dan berendah air panas. Tubuhku hangat dan kembali aku menemukan gairah sex. Aku bangkit dari tempat berendam menuju kamar Idham. Dia masih terlelap tidur dengan nafas teratur halus.
Aku menyusup ke dalam selimutnya dan tanganku mencari kemudian mengusap-usap penisnya yang lagi bangun dalam tidur. Aku kenyot penisnya sampai-sampai Idham terbangun. Pelukannya menyambut tubuhku yang masih telanjang. Akhirnya kami berguling membentuk 69 tapi tidak sampai klimax. Setelah puas saling mengoral, aku diajak mandi berendam. Tubuh kami yang terkena air hangat menjadi segar dan lebih sesitif pada rangsangan. Akhirnya kami mulai lagi dengan gaya yang dia sukai, aku melayaninya dengan cara berdiri bersandar dinding. Kaki kiriku dia angkat dengan tangan kanan dan Idham memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. “Aaahhhh….. aaahhhh……. ahhhhh…” kenikmatan mulai menjalar ke ubun-ubun. Aku semakin memuncak “ter……uuuusss……sssttttt …. terus…s..s..s..s” dan kontraksi berupa denyutan panjang menyebabkan aku lemas. Idham masih bersemangat. Tapi tubuhku sudah lemas. Akhirnya aku pindah ke tempat tidur. Aku menungging dan Idham dari belakang memompa vaginaku.
Kenangan manis dengan pacar lama aku tinggalkan. Pesawat terakhir telah membawaku kembali ke kota dimana aku berumah tangga. Nun disana suamiku dan anakku melambaikan tangan menjemput di bandara. Bayangan Idham selama dalam penerbangan tiba-tiba hilang. Aku berlari dan aku peluk anakku serta aku ciumi suamiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar